Ahli Waris bagi yang bukan beragama Islam

Sengketa waris kerap terjadi akhir-akhir ini, salah satu faktor penyebab terjadinya hal tersebut karena adanya permasalahan dalam penentuan siapakah yang berhak menjadi ahli waris. Untuk menajdi ahli waris yang sah dan diakui secara hukum dapat dilakukan dengan mengajukan Permohonan penetapan ahli waris di Pengadilan Negeri (PN) biasanya diajukan oleh warga negara Indonesia selain penganut/beragama Islam.

A&A law office merupakan kantor pengacara yang berpengalaman dalam membantu untuk mengajukan permohonan penetapan ahli waris di Pengadilan Negeri bagi warga negara Indonesia yang beragama selain Islam.

Hukum Waris yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”), berlaku untuk golongan WNI Timur Asing Tionghoa, yang bukan beragama Islam.

Pasal 832 KUH Perdata mengatur bahwa:

Menurut undang-undang, yang berhak menjadi ahli waris ialah keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang-undang maupun yang di luar perkawinan, dan suami atau istri yang hidup terlama, menurut peraturan-peraturan berikut ini.

Bila keluarga sedarah dan suami atau istri yang hidup terlama tidak ada, maka semua harta peninggalan menjadi milik negara, yang wajib melunasi utang-utang orang yang meninggal tersebut, sejauh harga harta peninggalan mencukupi untuk itu.

Dalam Pasal 852 KUHPerdata dinyatakan antara lain bahwa :

  1. Ahli waris adalah anak-anak atau sekalian keturunan mereka, biar dilahirkan dari lain-lain perkawinan sekalipun, mewaris dari kedua orang tua, kakek nenek atau semua keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus keatas dengan tiada perbedaan antara laki atau perempuan dan tiada perbedaan antara kelahiran lebih dahulu.
  2. Mereka mewaris kepala demi kepala jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga dalam derajat kesatu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri; mereka mewaris pancang demi pancang, jika sekalian mereka atau sekedar sebagian mereka bertindak sebagai pengganti.
  3. Dalam halnya mengenai warisan seorang suami atau istri yang meninggal terlebih dahulu, si istri atau suami yang hidup terlama dipersamakan dengan seorang anak yang sah dari yang meninggal.

Berdasarkan ketentuan di atas berarti anak-anak keturunan berhak mewaris dari orang tua atau kakek-nenek dan keluarga sedarah dengan jumlah bagian yang sama. Begitu pula istri, memiliki hak dan besaran warisan seperti halnya anak sah. Bagi Anda yang memiliki permasalahan dalam pembagian harta warisan dapat menghubungi kami melalui Telpon/WA di